Entahlah....kenapa
tiba-tiba tanganku “gatal” untuk menuliskan ini semua.
Berbagi...hmm...ya..mungkin aku akan berbagi padamu, teman. Berbagi tentang
pengalamanku, mengapa, kenapa, kok bisa, aku masuk di jurusan ku saat ini dan
pandangan orang tentang seni tari.
“Kuliah di
mana?”, tanya seseorang suatu hari kepadaku.
“UPI
(Universitas Pendidikan Indonesia)”, jawabku.
“Waahh...hebat
euy, calon pendidik dong yaa... jurusan apa di UPI nya??”, tanya orang itu
lagi.
“Pendidikan
Seni Tari”, jawabku sambil tersenyum.
“Seni
Tari....ooooo...koq mau ngambil jurusan seni tari??”, tanya orang itu lagi, dengan
tatapan ‘sedikit’ meremehkan.
Lain waktu dan
lain tempat...
“Kuliah di
mana neng?” tanya seorang ibu yang kebetulan satu angkot denganku.
“Di UPI,
Bu...”
“Jurusan apa?”
“Pendidikan
Seni Tari, Bu”
“Oooo....koq
mau neng masuk jurusan seni tari, kan banyak neng jurusan lain yang lebih
mumpuni dan lebih berbobot. Mending keneh
jurusan musik neng, atau lukis, atau naon
kitu...”
Satu lagi.....
“Kuliah di
mano sekarang, Mel?”, seorang sahabat lama bertanya padaku
“Alhamdulillah
di UPI”
“Jurusan apo?”
“Pendidikan
Seni Tari”
“Ooo....seni
tari...aiii...nari-nari terus yooo pas kuliah...enak kalau cak itu, dak susah
payah kuliahnyo.... Semangat be yoo...moga suatu saat jadi penari terkenal.”,
cerocosnya dengan begitu enteng dan tanpa rasa bersalah.
Seperti itukah
yang ada di fikiran mereka tentang Jurusan Pendidikan Seni Tari????? (pemikiran
yang begitu dangkal menurutku)
Kau tau,
teman.... T.I.D.A.K. aku sedikitpun T.I.D.A.K. P.E.R.N.A.H malu mengakui bahwa
aku anak seni, seni tari khususnya. Kalian mungkin berfikir kuliah di seni tari
itu mudah, gampang, enteng, tidak susah, santai, dan menyenangkan. OKE...benar.
Anggapan itu benar, tapi tidak sepenuhnya benar.
Silahkan tanya
kepada setiap orang yang kalian temui, khususnya mahasiswa, apa pendapat mereka
tentang jurusan seni tari. Tidak sedikit yang meremehkan dan bahkan dengan mudahnya
berkata, “ya gampang lah, tinggal nari-nari aja apa susahnya. Tiap hari
praktek.”, bahkan dengan telingaku sendiri aku pernah mendengar seseorang yang
tanpa rasa bersalah sedikitpun berkata “Hmmm...anak seni tari mah, pinter praktek
nari doang, otaknya mah rada cetek.”(dalam hal ini si orang yang berkata itu
tidak tau bahwa aku, aku yang duduk di sampingnya adalah anak seni tari).
ASTAGHFIRULLAH.... Sakit, sesak, dan
panas hati ini mendengarnya. Sebegitu kecilnya penghargaan kalian terhadap
jurusanku. Kalau tak ingat akan Tuhan Yang Maha Pemaaf dan Maha Penyayang
mungkin tangan dan kaki ku sudah melayang ke muka orang yang tidak pernah
belajar(*baca: kurang ajar) tersebut.
Baiklah, kan
ku ajak kalian ke masa kurang lebih 3 atau 3,5 tahun yang lalu, ketika aku
masih berada di bangku SMA kelas XII. Ketika semua siswa-siswi sibuk dengan
formulir PMDK di tangannya, ketika semua orang sibuk menyiapkan berkas-berkas yang
dibutuhkan untuk persyaratan PMDK masuk universitas, ketika Kepala Sekolah ku
tercinta (Mr Z) tiap hari sibuk berkoar-koar tentang nama-nama universitas yang
sudah memberikan formulirnya ke sekolahku, ketika semua orang sibuk berceloteh
ria ”daftar ke mano?” “ngambek jurusan apo?”, ketika semua sibuk dan tenggelam
dengan formulir-formulir PMDK, aku....aku bingung, jujur aku bingung aku akan
mendaftar PMDK di universitas mana. Sedikit berbangga teman, SMA ku memang
berada di kabupaten, tapi jangan kau remehkan prestasi-prestasinya, nama
baiknya, akreditasinya, sebagai sekolah rintisan bertaraf internasional tidak
sulit bagi siswa-siswi nya untuk didaftarkan ke universitas-universitas
terkenal di Indonesia, USU Medan, UNSRI Palembang, Univ Andalas Padang, UNP,
UI, IPB, UNILA, UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga, UIN Syarif Hidayatullah, UNIBRAW,
UN 11 MARET, ITS, UNRI, UNM, UNDIP, UNESA, UNSOED, UNJ, Univ Udayana Bali, dan
lain-lain termasuk juga Universitas Pendidikan Indonesia (kampusku saat ini). Nahh...itu
juga lah yang membuatku bingung, karena terlalu banyak tawaran-tawaran tersebut
yg diperuntukkan bagi siswa-siswi kelas XII. Sempat berfikir mendaftar ke UI?
Haha...sepertinya terlalu bergengsi fikirku. UNSRI?? Hmmm...terlalu dekat, masih
di Palembang ini, kalau muter-muter di sini saja kapan berkembangnya pikirku
waktu itu (harap maklum, sifat asli orang sumatera itu adalah berkelana dan
merantau alias tidak suka kurung batokeun
kalau kata orang sunda, hehhe). UGM?? Hmm..tidak...tidak... Kalau IPB???? Memang sih
sempat terfikir ingin masuk IPB dan mengambil jurusan manajemen agribisnis,
tapi setelah sharing dengan orang tua akhirnya proposal ke IPB tidak diACC.
Akhirnya tujuanku jatuh pada dua pilihan, Universitas Negeri Padang dan
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung (kalau UPI, sejujurnya pure alias
murni atas permintaan orang tuaku, aku masih setengah hati dulunya). Jurusan
apa yang ku ambil?? Di UNP aku mencoba mengambil jurusan Teknologi Pendidikan
dengan program study Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, sedangkan di UPI
aku mengambil Jurusan Pendidikan Sendratasik dengan program study Pendidikan
Seni Tari (yg diawali dengan tes keterampilan menari, bulan Maret kalau tidak
salah). Mengapa Seni Tari??? Bukan Seni Musik atau Seni Rupa??? Jawabannya
gampang, karena aku tidak bisa memainkan alat musik selain gitar, nyanyi suara
cempreng, ehm..kecuali kalau nyanyi di dalam hati...seni rupa??haha bisa jadi
mahasiswa abadi nantinya, melukis, memahat, menggambar, mendesain, dan segala
hal yang berbau seni rupa I can’t do it. Parah yaaa???? I.Y.A..!!!!!! Seni
tari?? Dari kecil aku memang suka menari, semenjak TK, SD, SMP, bahkan SMA.
Tapi itu hanya sekedar hobby, sedikitpun tidak pernah ku jadikan list cita-cita
untuk kuliah di jurusan Seni Tari. T.I.D.A.K P.E.R.N.A.H. Tapi itulah, Tuhan selalu menyediakan sesuatu
yang tidak pernah terduga.
Tibalah saat
pengumuman hasil PMDK. Alhamdulillah teman-teman, disaat orang-orang sibuk
untuk ikut tes kesana kemari, di saat mereka bingung melanjutkan kuliah dimana,
di saat semua orang berjibaku dengan tes ini tes itu, dengan rezeki Allah aku
diterima di kedua universitas yang kupilih tersebut dengan jalur tanpa tes atau
PMDK. Kebahagiaan dan rezeki Allah memang tak disangka.
Bingung,
haha...bingung menentukan pilihan. Padang???? Bandung???? Padang????
Bandung???? Sejujurnya, hati kecilku yang paling dalam menginginkan kuliah di
Universitas Negeri Padang. Tapi orang tuaku mati-matian memintaku untuk kuliah
di Bandung, di UPI. Alasannya sederhana; karena di Padang aku tidak punya
kerabat, sedangkan di Bandung kerabat dari keluarga ayahku bejibun banyaknya,
jadi kalau ada apa-apa ada yang ngurus, begitu fikir mereka. Harap
maklum...harap maklum...anak perempuan satu-satunya nihhh.. ^_^
Hmm...dengan
masih setengah hati dan setengah berat hati, aku menuruti keinginan mereka.
Lagipula kata orang tidak baik membangkang keinginan orang tua, takut kualat
alias kena batunya. Jadilah aku...AMELIA NOVIA SARI, calon mahasiswi
Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Pendidikan Seni Tari. (masih calon,
kan belum ke bandung. Masih di rumah ceritanya...^^). Sedikit
flashback...sebenarnya ibuku tercinta ingin anak perempuannya ini masuk jurusan
yang berhubungan dengan kesehatan, seperti Akbid, Akper, SKM, dll,
syukur-syukur kalau kedokteran...Hahahha. Tapi.....karena lubuk hati, relung
hati, palung hati yang terdalam sedikitpun tidak ada keinginan dan niat bekerja
di bidang kesehatan, dan pada saat itu aku mati-matian juga menolak ketika
disuruh daftar di AKBID, ibuku yang cantik pun luluh juga hatinya. Sebagai
gantinya, aku agak di‘paksa’ untuk masuk UPI.
Awalnya,
pemikiranku sama seperti orang-orang yang telah kusebutkan sebelumnya,
memandang seni tari itu gampang. “Aku kan hobby nari, bisa nari,
Hmm...gampanglah nanti kuliahnya...gk ribet-ribet amat” begitulah yang
kufikirkan sebelum berangkat ke Bandung dan memulai perjalanan kuliahku. Selain
itu, di provinsi tempat ku tinggal tidak banyak yang mengambil jurusan seni,
jadi orang tuaku berfikir bahwa jika setelah lulus nanti insyaAllah akan mudah
diterima kerja. Syukur-syukur jadi PNS kata mereka (ujung-ujungnya PNS juga
kan, hahhahahah. Aamiin...aamiin...). itulah sebabnya aku kuliah di UPI, bukan
di STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) atau ISI (Institut Seni Indonesia). Aku
ingin menjadi guru, jadi pendidik tari, BUKAN penari. Perlu digarisbawahi-dicetak
tebal-dicetak miring-distabilo pink, BUKAN PENARI. Apa bedanya???? Hoooooo.....jelas-jelas
beda yaaa, seorang penari konotasinya akan akrab dengan kalimat2 tampil di
pentas-pentas seni, manggung, dll. Sedangkan
pendidik tari, adalah mengajarkan kepada anak didik(walaupun kadang ada juga
yang nabeuh gitu buat sampingan..^^).
Sekarang
kembali kepada pendapat orang-orang tentang jurusan seni tari, ehm..maksudnya
jurusan Pendidikan Seni Tari. Suatu hal yang perlu kalian tau ya teman2-kawan2-sahabat2-sodara2,
aku Jurusan Pendidikan Seni Tari, bukan Jurusan Seni Tari. Ada kata Pendidikan
sebelum kata Seni Tari. Aku dan teman-temanku di jurusan dituntut menjadi
SEORANG PENDIDIK dan bukan SEORANG SENIMAN. Mata kuliah yang kami ambil pun tak
banyak perbedaan dengan mata kuliah di jurusan2 lain di UPI yang kebanyakan berhubungan
dengan kependidikan. Landasan Pendidikan, Perkembangan Peserta Didik, Kurikulum
Pembelajaran, Pengelolaan Pendidikan, Bimbingan dan Konseling, Evaluasi
Pembelajaran, Perencanaan Pembelajaran, Media Pembelajaran, Metode Penelitian, PLSBT,
Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Apresiasi Bahasa dan
Seni, Kewirausahaan, Statistika, KKN, PLP, Skripsi, dan lain-lain. Adakah
bedanya???? Sama bukan??? Yang membedakan hanya beberapa mata kuliah jurusan
saja, karena konsentrasi jurusan ku adalah seni tari, jadi otomatis ada
beberapa mata kuliah juga yang berhubungan dengan seni tari. Semua praktek???
Sekali lagi anda semua S.A.L.A.H. salah besar jika anda beranggapan seperti itu.
Pernah mendengar mata kuliah Antropologi Tari, Estetika Tari, Study Teater,
Sejarah Tari, Manajemen Pertunjukkan, Etnokoreologi, Kritik Tari, Tarpend
Dasar, Tarpend Lanjutan, Kajian Kurikulum dan Telaah Buku Teks, Teknik Tata
Pentas, dan Notasi Laban??????????????????? Mungkin akan jarang kalian temukan
di jurusan-jurusan lain. Tapi itulah yang membuat jurusanku berbeda dengan yang
lain. Notasi Laban???????? Makhluk seperti apakah itu??? Aku yakin
seyakin-yakinnya selain orang yang berkecimpung di jurusan seni tari, akan sangat
dan teramat sangat sedikit ditemukan orang yang mampu dan paham dengan itu.
Karena mata kuliah itu hanya ada di Jurusan Pendidikan Seni Tari, di JURUSAN KU.
Tidak seperti notasi balok atau notasi angka pada seni musik, orang-orang
selain seni musik pun lumayan banyak yang mampu membaca notasi musik dan paham
akan hal itu. Jadi sekali lagi perlu ditekankan, jangan sekali-kali menganggap
remeh jurusanku dan orang-orang di dalamnya.
Gampang?
Mudah??? Perlu kalian tau, setiap semester, bahkan dari semester awal menjadi
mahasiswa, aku dan teman-teman selalu dijejali dan dihadapkan kepada kegiatan
Pergelaran, entah itu Komposisi Tari Anak, Komposisi Tari Lanjutan, Teater,
bahkan dalam waktu dekat ini Pergelaran Drama Tari. Apa kalian pikir memanage
dan membuat sebuah karya itu mudah? Apa kalian pernah berpikir bagaimana
susahnya mengatur jadwal kuliah dengan kegiatan pergelaran, belum lagi jika ada
amanah-amanah di luar perkuliahan (organisasi, les, dll), belum lagi memikirkan
dana untuk pergelaran tersebut, pontang-panting keluar masuk perusahaan2
mengajukan proposal, belum lagi untuk menyediakan waktu latihan, belum lagi
untuk mengatur tata panggung, dekorasi, lighting, belum lagi jika tugas-tugas
kuliah yg lain menumpuk. Tidak semua yang kalian pikirkan tentang seni tari itu
benar, wahai saudara-saudara....
Dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
37 disebutkan bahwa 1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) pendidikan agama, (b) pendidikan ke-warganegaraan, (c) bahasa, (d) matematika, (e). ilmu pengetahuan
alam, (f). ilmu pengetahuan
sosial, (g) seni dan
budaya, (h) pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan. (Inget yaa..ini Undang-Undang yang bilang, bukan aku)
Yang perlu diamati baik-baik adalah point ke-7 atau ke-g,
SENI DAN BUDAYA. Satu hal lagi yang perlu ditekankan dan dicermati oleh setiap
orang, kalau memang Pendidikan Seni Tari itu tidak penting atau tidak
diperlukan atau tidak terlalu berperan dalam dunia pendidikan,
MENGAPA DI UNDANG-UNDANG KURIKULUM PENDIDIKAN NASIONAL DICANTUMKAN
MATA PELAJARAN SENI TARI???
MENGAPA ADA SILABUS MATA PELAJARAN SENI TARI???
MENGAPA PUSAT
KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PADA TAHUN 2007 MEMBUAT KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM SENI BUDAYA YANG DI DALAMNYA TERMASUK
SENI TARI???
Adakah yang bisa menjawab???
Itu karena kesejahteraan bangsa Indonesia di masa
depan bukan hanya
bersumber pada sumber daya alam dan teknologi yang mumpuni, tetapi juga pada keunggulan seni budaya lokal
yang tidak dimiliki bangsa
lain. Seni budaya ini tertuang
dalam seni musik, seni rupa, dan seni tari. Lagu Rasa Sayange...mengapa bisa
diklaim negara tetangga sebagai miliknya?? Itu karena tidak adanya kesadaran
untuk mencintai budaya lokal dan budaya asli Indonesia. Batik?? Mengapa negara
tetangga juga ikut-ikutan mengklaim bahwa batik adalah asli dari negara
mereka?? Itu juga karena kesadaran masyarakat Indonesia yang kurang dalam
menjaga dan mencintai kriya seni rupa di negeri ini. Tari Pendet?? Lagi-lagi
masuk ke dalam daftar khasanah budaya yang akan segera ‘direbut’ oleh tetangga.
Mengapa hal itu bisa terjadi??? Sederhana, jawabannya sederhana; hanya karena
masyarakat Indonesia tidak mau dan tidak mempunyai kesadaran untuk mencintai
budaya lokal yang semakin lama semakin terkikis oleh globalisasi. Itulah
sebabnya Kurikulum Seni Budaya DIADAKAN di kurikulum pendidikan nasional
Indonesia. MUSIK, RUPA, dan TARI, suatu kesatuan yang tak bisa dipisahkan dari
masyarakat namun acapkali dipandang sebelah mata. Yaahh...syukur-syukur
dipandang sebelah mata, malah terkadang ada yang tidak menganggapnya ada, tidak
dianggap penting, hanya pelengkap.
Sekarang fikirkan..apa jadinya Indonesia jika tidak
berkesenian dan berbudaya????
Itulah sebabnya mengapa harus ada pendidik seni dan
budaya, sodara-sodara.... Apakah kita rela suatu saat anak-anak dan cucu-cucu
kita teraliri oleh arus budaya global yang menurutku lebih banyak efek
buruknya. Sekali lagi, seorang PENDIDIK SENI...tidak mendidik dan menginginkan
siswa-siswa yang dididik kelak menjadi penari, pandai menari, pandai menyanyi
saja, teriak2 tidak jelas, melukis semaunya, menjadi seniman awut-awutan.
TIDAK. Sekali lagi TIDAK. Seni budaya memberikan sumbangan kepada
siswa agar berani dan bersikap bangga akan budaya bangsa sendiri dan menyokong
dalam menghadapi tantangan masa depan. Hal ini dikarenakan kompetensi dalam
mata pelajaran ini merupakan bagian dari
pembekalan life skill kepada
siswa. selain itu orientasi mata pelajaran
Seni budaya adalah memfasilitasi pengalaman emosi, intelektual, fisik, konsepsi, sosial,
estetis, artistik dan kreativitas kepada siswa dengan melakukan aktivitas apresiasi dan kreasi
terhadap berbagai seni dan
budaya
di sekitar siswa yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Satu lagi yang perlu diketahui, manfaat
seni dalam pendidikan adalah (a)
Seni membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak, (b) Seni
membina perkembangan estetik,
(c) Seni membantu
menyempumakan kehidupan.
(AY. Soeharjo, 1977).
Mengutip dari apa yang pernah diucapkan oleh salah satu
dosen saya, seni memiliki sifat multilingual,
multidimensional, dan multikultural.
Multilingual, karena
mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri dengan berbagai cara dan media, seperti
bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai
perpaduannya. Multidimensional,
karena mengembangkan
kompetensi meliputi
persepsi, pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan produktivitas dalam menyeimbangkan
fungsi otak sebelah kanan dan kiri,
dengan cara memadukan secara harmonis
unsur-unsur logika, kihestetik etika, dan estetika. Multikultural, karena mengandung makna seni budaya
menumbuhkembangkan kesadaran
dan kemampuan apresiasi terhadap keragaman budaya Nusantara dan mancanegara sebagai wujud pembentukan
sikap menghargai, bertoleransi, demokratis,
beradab, serta mampu hidup rukun dalam masyarakat dan budaya yang majemuk (jadi gak akan ada lagi tuh klaim-mengklaim budaya).
Seni
budaya memiliki peranan dalam pembentukan pribadi siswa yang harmonis dalam logika, rasa estetis dan
artistiknya, serta etikanya dengan memperhatikan kebutuhan
perkembangan anak dalam mencapai kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan
adversitas (AQ) dan kreativitas (CQ), serta kecerdasan
spiritual dan moral (SQ)
dengan cara mempelajari elemen-elemen, prinsip-prinsip,
proses dan teknik berkarya sesuai dengan nilai-nilai budaya dan keindahan serta sesuai dengan konteks
sosial budaya masyarakat sebagai sarana untuk
menumbuhkan sikap saling memahami, menghargai, dan menghormati keberagaman.
Tuh, lengkap yaa...ada EQ, IQ, AQ, CQ, bahkan SQ. Jadi
sungguh picik dan dangkal pengetahuan orang-orang yang menganggap orang-orang
tari itu ‘ilmunya cetek’, ‘otaknya gak ada’, ‘teori nol besar’, dan
anggapan-anggapan meremehkan yang lain. Justru sebaliknya, orang-orang yang
berkata seperti itulah yang ‘ilmunya cetek’. Tidak paham keberagaman
kebudayaan, padahal jelas-jelas hidupnya dipenuhi dengan budaya dan kesenian.
Tiap hari mendengarkan musik-musik dari mp3, mp4, ponsel, dll. Apa itu bukan
seni? Ngefans sama Super Junior, SNSD/ Girls Generation, Wonder Girl, SHINee,
dan artis-artis Korea yang lain..bahkan SM*SH sekalipun, tiap tampil selalu
diwarnai dengan dance kan??? (esmossi nihh..esmossii... $_$)
Satu lagi keunggulan orang seni, AWET MUDA.
Terbukti...dosen-dosen di jurusan aku beberapa sudah lebih dari 50 tahun, tapi
raut wajahnya masih seperti usia 40an. Yang 40 seperti usia 30an. Bahkan
mahasiswa-mahasiswinya pun begitu, masih seperti baru masuk tingkat 1 (ini khusus
untuk angkatan 2008 saja, hehehheheehhe). Ada anggapan bahwa orang-orang seni
hanya pintar berekspresi melalui seni, khususnya seni tari, hanya bisa praktek
tari doang. Ini juga perlu digarisbawahi-dicetaktebal-dicetakmiring-distabilo
di otak saudara-saudara, dosen-dosen
saya banyak yang sudah S3, bahkan ada yang menjadi guru besar. Jadi tolong
diperbaiki pemikiran yang mengatakan bahwa orang-orang seni itu bodoh.
Sekali lagi saya tekankan, hanya orang-orang yang
berpikiran dangkal dan cetek, yang akan menganggap seni tari itu gampang, tidak
penting, dan tidak diperlukan.
Harap saudara-saudara berpikir ulang lagi....
Saling menghargai keragaman dan menghargai profesi orang
lain.
Tertanda,,,
Saya yang tidak terima jika ada yg meremehkan jurusan
saya
AMELIA NOVIA SARI
@Gegerkalong, kost-an 7B
03 Mei 2011, Selasa. 15.45 WIB